Guslaini, S.Si., M.Pd : Kegiatan Bedah Karya Bertujuan Mengajak Para Pembaca Untuk Berpikir Kritis
Foto : |
Tembilahan - Maraknya gerakan literasi dari berbagai daerah semenjak dicetuskan Gerakan Literasi Nasional oleh Kemendikbud menginisiasi berbagai komponen masyarakat untuk bahu – membahu menggerakkan literasi dari berbagai daerah. Baik melalui organisasi maupun komunitas yang ada. Termasuk Komunitas Penggiat Literasi dan Seni Indragiri Hilir (KPLS Inhil) yang terbentuk pada tanggal 21 April 2019 pasca kegiatan Balai Bahasa Riau di Aula Hotel Grand Elite Tembilahan.
Guslaini, S.Si., M.Pd selaku ketua KPLS (Kelompok Penggiat Literasi dan Seni) Inhil mengatakan bahwa meskipun baru seumur jagung namun gerakan yang didalamnya beranggotakan dari berbagai komunitas seperti IGI Inhil, Dompet Dhuafa, TBM Hamfara Library, MG, Peneliti, Konsultan Sekolah, maupun volunter literasi ini memiliki semangat yang tinggi untuk gaungkan budaya literasi khususnya di Inhil.
Selasa, (14/5/ 2019) di Kafe Milenial kecamatan Tembilahan Hulu, kabupaten Inhil bersempena buka puasa bersama.
Selanjutnya Guslaini mengatakan menjadi langkah awal KPLS Inhil melalui bidang Riset dan Literasi melakukan Bedah karya puisi dan cerpen. Berbagai profesi dan kalangan turut hadir. Puisi yang dibedah berjudul “Anak Tiri Ibu” karya Muhammad Furqon mahasiswa STAI Tembilahan, dan cerpen berjudul “Masih Adakah Tuhan dirumah ini?" karya Redovan Jamil konsultan Dompet Dhuafa Cab Tembilahan." Ungkapnya.
Pertemuan luar biasa yang dihadiri kurang lebih 15 orang membakar semangat peserta untuk membedah karya mereka. Puisi "Anak Tiri Ibu" yang mengandung pesan adanya perbedaan perlakuan pribumi dan non pribumi terhadap tanah negeri sendiri, keserakahan, korupsi yang merajalela, keresahan dari seorang anak manusia terhadap negeri yang terus tergerus oleh kepentingan.
Puisi ini mengangkat bagaimana nasib anak pribumi bagai anak tiri dari rahim sendiri. Pengolahan diksi yang baik dan adanya penegasan yang diselipkan pada tanda penghubung. Meskipun saat dibedah oleh pematik dan peserta terdapat beberapa kekurangan untuk disempurnakan.
Usia penulis 18 tahun namun sudah pandai meracik setiap kata penuh makna. Sementara cerpen "Masih Adakah Tuhan dirumah ini?". memberikan pesan kepada para pembaca. Cerpen yang mengangkat latar budaya suku Banjar. Dengan pemeran Banu dan Anelis seorang gadis Banjar. Tema yang syarat dengan nilai budaya dan edukasi mengajarkan bagaimana seorang laki-laki yang sudah terucap janji mampu menunaikannya.
Cerita penuh dengan kisah romansa anak manusia yang awalnya terhalang karena jujuran namun akhirnya Banu mampu menunaikan keinginan Ayah Anelis akan sesuatu yang diminta. Sayangnya Anelis menghilang tanpa ada berita. Hingga Banu pun menggugat Tuhan bahwa ada ketidak adilan terhadap apa yang ia perjuangkan dan pertaruhkan. Dari sinilah muncul masukan dari beberapa peserta terhadap judul dan naskah yang terkesan kurang nyambung. Perlu kembali memikirkan sesuatu yang frontal terkait latar budaya yang diangkat harus lebih kuat lagi.
Bedah karya yang moderatornya Wahyu mahasiswa STAI dan pematik Hendro Lisa, SE., MM selaku dosen STAI dan alumni SGI.
Kegiatan bedah karya yang bertujuan mengajak para pembaca untuk berpikir dan kritis terhadap segala sesuatu perubahan yang terjadi, menggiatkan literasi agar hasil dari bedah karya ini menajdi kumpulan karya dalam bentuk buku.
Ini langkah awal program KPLS Inhil bidang Riset dan Literasi Program Bedah Karya yang diketuai Ahmad Affandi, S.Pd., M.Pd. Budaya literasi ini akan terus dikembangkan dan dibudayakan dilingkungan penggiat agar setiap penggiat literasi harus mampu belajar awalnya dan akhirnya berkarya. KPLS Inhil ini juga akan terus mensinergiskan dengan Kegiatan literasi dari berbagai Organisasi maupun komunitas yang ada di Inhil.
"Sekecil apapun peran yang diambil akan memiliki dampak, tidak hari ini namun bisa jadi puluhan tahun ke depan bagi generasi-generasi masa depan". Tutur Guslaini yang juga Guru SMPN 4 GAS ini.Kupas Karya Anak Negeri, KPLS Inhil Makin Semangat Gaungkan Literasi
Maraknya gerakan literasi dari berbagai daerah semenjak dicetuskan Gerakan Literasi Nasional oleh Kemendikbud menginisiasi berbagai komponen masyarakat untuk bahu – membahu menggerakkan literasi dari berbagai daerah. Baik melalui organisasi maupun komunitas yang ada. Termasuk Komunitas Penggiat Literasi dan Seni Indragiri Hilir (KPLS Inhil) yang terbentuk pada tanggal 21 April 2019 pasca kegiatan Balai Bahasa Riau di Aula Hotel Grand Elite Tembilahan.
Guslaini, S.Si., M.Pd selaku ketua KPLS (Kelompok Penggiat Literasi dan Seni) Inhil mengatakan bahwa meskipun baru seumur jagung namun gerakan yang didalamnya beranggotakan dari berbagai komunitas seperti IGI Inhil, Dompet Dhuafa, TBM Hamfara Library, MG, Peneliti, Konsultan Sekolah, maupun volunter literasi ini memiliki semangat yang tinggi untuk gaungkan budaya literasi khususnya di Inhil.
Selasa, (14/5/ 2019) di Kafe Milenial kecamatan Tembilahan Hulu, kabupaten Inhil bersempena buka puasa bersama.
Selanjutnya Guslaini mengatakan menjadi langkah awal KPLS Inhil melalui bidang Riset dan Literasi melakukan Bedah karya puisi dan cerpen. Berbagai profesi dan kalangan turut hadir. Puisi yang dibedah berjudul “Anak Tiri Ibu” karya Muhammad Furqon mahasiswa STAI Tembilahan, dan cerpen berjudul “Masih Adakah Tuhan dirumah ini?" karya Redovan Jamil konsultan Dompet Dhuafa Cab Tembilahan." Ungkapnya.
Pertemuan luar biasa yang dihadiri kurang lebih 15 orang membakar semangat peserta untuk membedah karya mereka. Puisi "Anak Tiri Ibu" yang mengandung pesan adanya perbedaan perlakuan pribumi dan non pribumi terhadap tanah negeri sendiri, keserakahan, korupsi yang merajalela, keresahan dari seorang anak manusia terhadap negeri yang terus tergerus oleh kepentingan.
Puisi ini mengangkat bagaimana nasib anak pribumi bagai anak tiri dari rahim sendiri. Pengolahan diksi yang baik dan adanya penegasan yang diselipkan pada tanda penghubung. Meskipun saat dibedah oleh pematik dan peserta terdapat beberapa kekurangan untuk disempurnakan.
Usia penulis 18 tahun namun sudah pandai meracik setiap kata penuh makna. Sementara cerpen "Masih Adakah Tuhan dirumah ini?". memberikan pesan kepada para pembaca. Cerpen yang mengangkat latar budaya suku Banjar. Dengan pemeran Banu dan Anelis seorang gadis Banjar. Tema yang syarat dengan nilai budaya dan edukasi mengajarkan bagaimana seorang laki-laki yang sudah terucap janji mampu menunaikannya.
Cerita penuh dengan kisah romansa anak manusia yang awalnya terhalang karena jujuran namun akhirnya Banu mampu menunaikan keinginan Ayah Anelis akan sesuatu yang diminta. Sayangnya Anelis menghilang tanpa ada berita. Hingga Banu pun menggugat Tuhan bahwa ada ketidak adilan terhadap apa yang ia perjuangkan dan pertaruhkan. Dari sinilah muncul masukan dari beberapa peserta terhadap judul dan naskah yang terkesan kurang nyambung. Perlu kembali memikirkan sesuatu yang frontal terkait latar budaya yang diangkat harus lebih kuat lagi.
Bedah karya yang moderatornya Wahyu mahasiswa STAI dan pematik Hendro Lisa, SE., MM selaku dosen STAI dan alumni SGI.
Kegiatan bedah karya yang bertujuan mengajak para pembaca untuk berpikir dan kritis terhadap segala sesuatu perubahan yang terjadi, menggiatkan literasi agar hasil dari bedah karya ini menajdi kumpulan karya dalam bentuk buku.
Ini langkah awal program KPLS Inhil bidang Riset dan Literasi Program Bedah Karya yang diketuai Ahmad Affandi, S.Pd., M.Pd. Budaya literasi ini akan terus dikembangkan dan dibudayakan dilingkungan penggiat agar setiap penggiat literasi harus mampu belajar awalnya dan akhirnya berkarya. KPLS Inhil ini juga akan terus mensinergiskan dengan Kegiatan literasi dari berbagai Organisasi maupun komunitas yang ada di Inhil.
"Sekecil apapun peran yang diambil akan memiliki dampak, tidak hari ini namun bisa jadi puluhan tahun ke depan bagi generasi-generasi masa depan". Tutur Guslaini yang juga Guru SMPN 4 GAS ini,"Jelasnya.(Fajar satria)
Post a Comment