Koban Tsunami Selat Sunda, Mendekati Jumlah Korban Gempa di NTB
Sutopo Purwo Nugroho |
Jumlah warga meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda hingga Selasa (24/12) siang, sudah mendekati dengan korban yang wafat pada saat bencana gempa bumi dan tsunami NTB Agustus 2018 lalu.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (25/12), mengatakan, gempa dan tsunami NTB beberapa waktu lalu telah menyebabkan 564 korban meninggal dunia. Kemudian korban luka-luka 1.886 orang, mengungsi 11.510 jiwa. Gempa juga mengakibatkan 149.715 unit rumah rusak.
“Kerugian mencapai Rp 17,13 triliun,” kata Sutopo.
Sedangkan tsunami Selat Sunda hingga, Selasa (25/12) siang, telah menyebabkan 429 korban meninggal dunia. Korban hilang 154 jiwa. Korban luka-luka 1.485 orang. Warga yang mengungsi sebanyak 16.082. Rumah rusak 913 unit. “Kerugian masih dalam pendataan,” ungkapnya.
Korban terbanyak adalah pada gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Sulteng, September 2018 lalu. Adapun korban meninggal dunia 2.101 jiwa. Korban hilang 1.373 jiwa. Luka-luka 4.438 orang. Warga mengungsi 221.450. Rumah rusak 68.451. “Kerugian mencapai Rp 18,47 triliun,” ujarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menduga tsunami di Selat Sunda diakibatkan erupsi Gunung Anak Krakatau.
Saat ini, status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada (Level 2) dengan radius dua kilometer dari puncak kawah tidak boleh ada aktivitas masyarakat.
Saat ini, proses evakuasi dan pencarian terhadap korban tsunami Selat Sunda masih dilakukan. Sejumlah alat berat masih dibutuhkan. Termasuk bahan kebutuhan sehari-hari (makanan, air bersih, sanitasi, layanan kesehatan, selimut, tikar, tenda keluarga, sandang, peralatan dapur, pembalut, peralatan bayi, makanan penambah gizi, family kit, dan lainnya.
Dibutuhkan pula tenda pengungsi, sarana MCK, genset dan BBM, trauma healing, kantong jenazah dan perbaikan listrik.
(one/pojoksatu)
Post a Comment